Begini lo prof, hitung-hitungannya gampang aja koq, gue ajarin ya, kebetulan aku lulusan Diploma III salah satu universitas top di Semarang, boleh dong Bantu profesor ngitung……………….. Prof, dalam sebuah buku yang dijual di Singapore, dikatakan, kalau kita ingin mengetahui segala sesuatunya, maka kita cukup mengambil dari irisan tipisnya saja. Mari kita praktikkan teori di atas. NU merupakan organisasi resmi, yang tentunya anggotanya mempunyai bukti formal keanggotaan berupa Kartu Tanda Anggota, apakah prof udah mempunyai data pasti berapa yang memiliki ataupun terdata secara resmi sebagai anggota Nahdlatul Ulama? Saya sangat yakin profesor tidak punya kan? Mungkin profesor kemudian berpikir bahwa profesor tinggal ngeliat aja berapa banyak masyarakat yang ngejalanin tradisi Nahdlatul Ulama.
Mengenai yang satu itu prof, profesor jangan terburu-buru mengambil kesimpulan terlebih dulu. Tidak semua orang yang mengikuti tradisi NU seperti nyadran, yasinan, dan lain sebagainya adalah orang NU. Contohnya penulis, penulis bukan orang NU. Akan tetapi, penulis pun mengikuti yang namanya yasinan, nyadran, dan lain sebagainya, yang merupakan tradisi di kalangan NU kebanyakan lah…………….. ya, terpaksa sih prof, karena kalau nggak ngelakuin “ibadah” semacam itu, penulis dianggap kafir, ekstrem, radikalis, dan sebagainya oleh orang tua dan tetangga-tetangga.
Sebaliknya, orang yang jelas-jelas menolak tradisi campuran Hindhu dan Islam tersebut, ada yang orang NU. Bingung ya prof………… na gua aja bingung, lho….koq bisa kebolak-balik gini……………
Na, lebih enaknya begini prof, tiap lima tahun kita selalu disuguhi hasil-hasil pemilu yang di dalamnya terdapat partai “NU” seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), PKNU, dsb. Kita hitung saja deh prof, suara mereka berapa, gampang kan? Lha wong cuma tinggal nambah-nambahin aja koq repot……………….. kalau ditambah-tambahkan jumlahnya kan nggak ada 25 juta. Ok, kalau kita masih menambahkan mereka yang ikut partai nasionalis seperti Golkar dan PDI-P, maka orang-orang NU paling pol cuma 10 persen dari penyumbang suara partai-partai nasionalis tersebut. Namanya juga nasionalis abangan, nggak nyantri pasti bukan NU. Bukankah NU itu ulama dan santri? Nah, kalau dari semua itu dijumlah, nggak ada 30 juta prof, jadi clear kan? Sudah ya prof, jam kuliah selesai. Sekian.
NB: Sudah Absen Prof?
Amaliyahnya bukan cuma di indonesia saja,coba tengok di malasia,brunei amaliyah2 NU mengakar disana.
ReplyDeleteNgitungnya gmn mas, masa kalah ama profesor (ya jelas lah heheh)
ReplyDeleteyg ikut pemilu legislatif itu yg punya KTP dan tentunya mau nyoblos
yg g ikut kan jauh lbh banyak