Saturday 11 April 2009

Wajah Baru Israel: Fasis!!!!



“Yahudi Amerika….telah digemparkan oleh Lieberman, lebih banyak karena dia merepresentasikan nilai-nilai yang kita takuti”- Rabi Eric Yoffie, Presiden Uni Reformasi Yudaisme.
Seorang menlu bagi negara dunia lainnya, wajah bangsa yang ia wakili, ia merangkumkan nilai-nilai dan politik bangsanya, dan merupakan penjelmaan dari kebudayaannya, identitas, dan nilai-nilainya. Israel sekarang mempunyai wajah baru dan menghadapi wajah buruk fasisme. Dan itu baru saja berjalan di bawah nama Avigdor Lieberman.
Mari saya perkenalkan siapa Lieberman sebenarnya. Ia sedang diinvestigasi atas kasus suap, penggelapan, dan penyalahgunaan kekuasaan. Ia didakwa memukul wajah anak berusia 12 tahun (memalukan!!!!!-penerj). Peserta yang menghadiri kampanyenya meneriakkan kata “matilah Arab!!!” Ia menyerukan untuk menenggelamkan ratusan ribu tahanan Palestina ke laut dan menyuarakan pembunuhan terhadap anggota parlemen dari etnis Arab. Dia membela rencana untuk membersihkan etnis Arab dari wilayah Israel. Ringkasnya, ia adalah seseorang yang korup, seorang yang dipenuhi kebencian, dan penyeru kekerasan. Orang ini berpikir: “minoritas merupakan problem terbesar di dunia”.
Sehari setelah menjadi menlu, Avigdor Lieberman menyatakan kalau Israel tidak terikat dengan perjanjian Annapolis dan proposalnya tentang solusi dua negara. Tugas pertamanya adalah untuk mengubur dan menolak semua upaya upaya diplomatik yang dibuat AS dua tahun lalu. Dia membela diri dengan memakai dukungannya terhadap peta jalan damai sebelum perjanjian Annapolis yang terbukti bertentangan dengan pernyataannya, bahwa ia mendukung solusi dua negara.
Lieberman tidak sendirian dalam melawan upaya damai dalam pemerintahan baru Israel. Netanyahu gagal membawa partai Kadima ke dalam koalisi pemerintahannya karena dia menolak menyetujui pemimpin Kadima, Tzipi Livni, yang meminta dukungan terhadap pembentukan negara Palestina.
AS, Eropa dan Israel tidak memasukkan Hamas dalam proses perdamaian karena menolak tiga persyaratan:
1.Menolak solusi dua negara
2.Menerima perjanjian dan kesepakatan di masa lampau, dan:
3.Meninggalkan kekerasan.

Sekarang, Israel di bawah Netanyahu juga:
1.Menolak solusi dua negara
2.Lieberman juga menolak komitmen Israel di masa lampau
3.Israel tidak pernah meninggalkan cara-cara kekerasan, dan lebih suka menggunakan kekerasan yang berlebihan dalam persetujuannya.
Israel dibawah Lieberman dan Netanyahu berkaca pada politik Hamas. Akankah Israel sekarang selayaknya Hamas yang tidak diterima oleh Eropa dan AS?
Kepemimpinan Netanyahu dan Lieberman akan bersinggungan dengan Presiden Obama yang berharap untuk melihat kemajuan yang signifikan terhadap solusi dua negara dan secepat mungkin. Presiden Obama bekerja keras untuk memperbaiki hubungannya dengan dunia muslim yang lebih luas untuk mengurangi epidemi anti Amerika, menghindari perang yang menghabiskan banyak dana dan banyak mengorbankan darah orang Amerika serta harta benda, dan mencoba kerjasama dengan negara muslim untuk melawan terorisme dan ekstremisme.
Kunci sukses Obama dan sukses Amerika akan bergantung pada kemajuan pembentukan negara Palestina. Menlu Israel yang baru, Lieberman, dan sekutu fasisnya, menghadapi risiko bahaya menjadi penghalang terbesar terhadap kebijakan luar negeri Amerika serta keamanan nasionalnya.
Hal ini akan menjadi kecanggungan bagi kelompok Yahudi di AS untuk melanjutkan dukungannya pada Israel dan meminta AS melanjutkan kebijakannya yang tanpa batas dan tidak bersyarat untuk Israel.
Menurut J-Street, sebuah kelompok lobi Yahudi pro-Israel, Lieberman merepresentasikan dilema luar biasa kepada kelompok Yahudi di negara tersebut. Ketika mereka mendukung Israel, mereka tidak mendukung Lieberman yang tidak merepresentasikan nilai mereka, yang secara mendasar pro demokrasi dan pro perdamaian, juga tidak mewakili politik mereka, yang secara kuat mendukung solusi dua negara.
Saat ini ekonomi AS mengalami pelemahan, militer yang sudah terlalu lelah, dan berkurang peranannya secara diplomasi. Oleh karena itu, perlu bagi Israel untuk mencapai kebijakan yang baik di tengah-tengah provokasi oleh Hamas. AS kemudian menjadi teman yang tak lagi dipercaya Israel. Akankah Israel membuktikan persahabatannya dengan AS ataukah akan bermain mata dengan mengubur fasisme dalam aliansi yang telah berlangsung lama ini?
Dukungan AS terhadap Israel didasarkan pada nilai-nilai yang sama dan bukan kepentingan strategis yang sama. Kenyataannya, banyak pendapat dari para pakar Israel merupakan sebuah beban. Akankah Israel meninggalkan Lieberman dan ia membuat sekutu fasis ataukah pendukung Israel berkeras bahwa Amerika menganut (bahkan) faham fasisme?

DR Muqtedar Khan, Direktur studi islam pada University of Delaware dan rekan The Institute for Social Policy and Understanding

No comments:

Post a Comment