Tuesday 21 April 2009

Krisis Ekonomi Memukul Dubai.

Krisis Ekonomi Memukul Dubai

Sebuah Emirat kecil di Teluk Persia, Dubai, telah lama mencoba memposisikan dirinya sebagai pusat keuangan dan perdagangan internasional dalam ekonomi dunia saat ini. Dubai telah membangun citra sebagai kota ultra modern, dengan hotel-hotel mewahnya, dan even-even olahraga tingkat tinggi. Tapi pelemahan ekonomi telah membuat pekerja asing bersiap pulang.

Pada masa kejayaan Dubai, suara-suara proyek-proyek konstruksi terdengar dimana-mana. Resort-resort pariwisata telah dibangun oleh para pekerja asing. Sebagian besar dari India dan Pakistan. Dubai menjadi magnet internasional, mengklaim kembali dirinya sebagai ibukota keuangan dan “mekah”nya pariwisata di teluk Persia. Sampai kemudian krisis ekonomi menghantam, dan berubahlah gelembung menjadi pecahan-pecahan.

Ribuan orang telah di-PHK. Mereka semua dari Asia selatan. 20 orang atau lebih menempati kontrakan yang sama untuk menghemat pengeluaran sembari menunggu pekerjaan. Seperti Zafar Abbasi yang bekerja pada pabrik baja. Ia datang ke Uni Emirat Arab dua tahun lalu, tapi baru-baru ini ia berkata kalau ia kehilangan pekerjaannya. Dan sekarang, tanpa ada pendapatan, hidup terasa sulit baginya.

“Tak ada uang untuk makan, segalanya terasa begitu mahal, obat-obatan dan sewa rumah”, ujarnya.

Abbasi merupakan salah seorang diantara sepasukan pekerja asing yang membangun Dubai ketika ekonominya mengalami booming. Sekarang banyak diantara mereka yang dirumahkan lebih dari satu bulan.

Lebih dari setengah proyek konstruksi di Uni Emirat Arab, senilai 582 miliar dolar AS, tertunda, demikian ungkap Proleads, perusahaan riset pasar. Beberapa proyek masih dilanjutkan, sebagai bagian dari bailout 10 miliar dolar dari Abu Dhabi, Ibukota negara tersebut. Meski demikian, masih banyak pekerja yang tak terserap, dan masih bertahan.

Kelompok advokasi buruh, -termasuk ILO (International Labour Organization)- telah meningkatkan tekanan bagi upaya perlindungan yang lebih luas bagi ratusan ribu pekerja konstruksi yang membanjiri kawasan tersebut selama masa-masa boomingnya Dubai, dan sekarang menghadapi saat-saat sulit ini.

Permintaan kelompok tersebut ialah diakhirinya praktek illegal-penahanan paspor pekerja, yang secara efektif telah merintangi upaya para buruh untuk mencari pekerjaan baru.

Sementara itu, banyak para profesional dari negara barat telah meninggalkan negara tersebut. Marie-Josee Primeau, pebisnis wanita prancis mengatakan bahwa beberapa temannya telah meninggalkan Dubai. Pertengahan Januari, sangat drastis dan orang-orang telah kehilangan pekerjaan karena ekonominya yang berbasis pada real estate dan pariwisata. Lebih lanjut, Primeau menyatakan kalau ia tetap bertahan. Ia mengatakan bahwa krisis ekonomi adalah sebuah tantangan.

“Ini adalah permainan catur, kita harus bereaksi, saya digerakkan oleh tantangan, sehingga saya melihatnya dari kacamata yang berbeda, ujarnya.

Richard Thompson, editor pada Middle East Economic Digest, menyatakan bahwa kawasan mulai bereaksi terhadap pelemahan ekonomi. Dubai telah melangkah untuk menstabilkan perekonomiannya dengan program 20 miliar dolar sovereign bond-nya. Untuk jangka pendek, hal itu cukup untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan tahun ini dan menjamin stabilitas ekonomi. Ia lebih lanjut mengatakan bahwa terdapat alasan untuk optimis secara hati-hati.

“Orang-orang kehilangan pekerjaannya, Uang menghilang, terdapat ketidakpastian mengenai berapa lama krisis kredit akan berlangsung. Tetapi, kami optimis bahwa harga minyak akan kembali naik, ujarnya lagi. Perbankan harus mulai bergerak pada pertengahan pertama tahun ini ketika bailout telah dibuka. Akan terjadi pemulihan yang sangat cepat di Dubai.”

Tapi pekerja asing bahwa waktu tidak berpihak pada mereka. Zafar Abbasi menyatakan bahwa ia harus menemukan pekerjaan kembali segera. “Ini adalah harapan saya.” “tapi saya tidak melihatnya.” “saya hanya dapat berharap untuk sebuah harapan”, ungkapnya.

Merupakan sebuah harapan untuk kembali ke masa-masa booming dahulu dan menyelesaikan pekerjaan pembangunan gedung pencakar langit yang baru dikerjakan separonya-sebuah harapan yang kelihatannya masih jauh dari kenyataan.



No comments:

Post a Comment