Thursday 26 March 2009

Isu Poligami Dalam Pemilu 2009

Panggung kampanye Pemilu 2009 ini semakin marak saja. Isu paling panas yang saat ini sedang berlangsung adalah masalah BLT (Bantuan Langsung Tunai). Meski begitu, ada juga isu menarik yang terselip diantara isu-isu lainnya. Kali ini isu tersebut ialah isu Poligami. Isu ini sudah lama berada di masyarakat, heboh-hebohnya pas AA Gym dulu menikah untuk yang kedua kalinya dengan seorang janda yang juga mantan model.
Tapi kali ini isu itu diangkat menjadi isu politik. Tujuannya tak lain supaya kaum perempuan tak memilih Caleg Poligami. Solidaritas Perempuan Indonesia akan mengumumkan nama-nama caleg yang berpoligami. Mereka beralasan bahwa kaum perempuan menginginkan Caleg yang berspektif perempuan. Apakah isu ini relevan untuk diangkat? Apakah caleg yang berpoligami tidak memiliki perspektif perempuan?
Itu sebenarnya isu yang mengada-ada saja. Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan orang yang berpoligami, asal ia memenuhi syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang dipersyaratkan dalam agama. Bukan berarti pula orang yang berpoligami tidak memiliki perspektif perempuan. Dalam aturan, juga tidak ada aturan yang melarang poligami. UU perkawinan membolehkan adanya Poligami, tapi tentunya dengan persyaratan tertentu, seperti adanya persetujuan dari istri pertama dan apabila si istri tidak dapat memenuhi kewajibannya sebagai istri.
Kita melihat pula, politisi yang selama ini "mengkhianati" perempuan justru datang dari orang yang tidak berpoligami. Kita tentunya masih ingat kasus Max Moein dari PDI-P yang gambar syurnya bersama seorang wanita yang bukan istrinya tersebar luas di internet dan tentunya yang paling heboh adalah kasus Yahya Zaini dari Partai Golkar yang video syurnya bersama artis dangdut Maria Eva waktu itu menjadi top download di hp-hp anda (hayo ngaku...............)
Pertanyaannya, kenapa isu tersebut seolah tak pernah diangkat/diperbincangkan? Kenapa aktivis perempuan seolah diam saja waktu kasus ini mencuat? Hal ini berbeda misalnya ketika ada kasus poligami, maka gelombang protes pun marak dari kalangan perempuan. Lalu Apakah wanita lebih bisa menerima keberadaan anggota dewan/caleg yang tukang selingkuh dibandingkan dengan yang berpoligami? Ironis!!!!!!!!!!!!!!!!!!

No comments:

Post a Comment