Thursday 19 March 2009

Edan, Kepala Madrasah Menggelapkan Duit Sekolah Untuk Investasi Ghaib

Mungkin ulah kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI) GUPI Cipondok, Cibingbin, Kuningan, Jawa Barat ini tidak boleh ditiru. Hal ini dikarenakan sebagai pembimbing/pendidik/pembina di sebuah institusi pendidikan keagamaan, apa yang diperbuatnya sama sekali bertentangan dengan ajaran nilai-nilai akidah, akhlak dan moral yang seharusnya diajarkan kepada anak didiknya.

Hal ini bermula ketika awalnya ia bermimpi. Dalam mimpinya, ia mengaku mendengar sebuah suara yang mengaku akan menitipkan harta kekayaan kepadanya. Dasar iman dan akidahnya lemah, bukannya meminta petunjuk yang Maha Kuasa atas mimpinya, malah ia berkonsultasi dengan “orang pintar”. Tentu saja, nasihat yang diberikan “orang pintar” itu cenderung menyesatkan. Menurut peneropongan “orang pintar” tersebut, di “alam gaib” sana, ada banyak harta untuk sang kepala madrasah. Dan untuk mengambil harta tersebut dari “alam gaib”, maka sang kepala tadi harus melakukan sebuah ritual. Hal tersebut terungkap di sebuah persidangan di PN Kuningan belum lama ini.

Langkah yang ditempuhnya kemudian pun tentu saja semakin jauh dan menyimpang dari ajaran agama yang seharusnya ia anut. Ia malah bekerjasama dengan sang “orang pintar” tersebut untuk melakukan ritual yang dimaksud. Dan ternyata, ritual itu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Untuk menutupi kebutuhan dana yang ia “investasikan” melalui ritual konyol itu, ia menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang merupakan jatah bagi madrasahnya senilai Rp 112 juta.

Gilanya lagi, sang kepala madrasah seolah merasa tidak bersalah dengan mengelak di persidangan, bahwa ia sebenarnya tidak mempunyai maksud untuk menggelapkan duit dari pemerintah yang seharusnya dinikmati murid-murid madrasahnya tersebut. Duit yang seharusnya ia embankan kepada bendahara sekolah untuk dikelola, tidak ia serahkan kepada bendahara sekolah tersebut, karena ia sendiri tidak percaya kepada bendahara sekolah tersebut, yang ia khawatirkan akan diselewengkan oleh sang bendahara. Ia mengatakan lebih lanjut di persidangan bahwa bisnis gaib tersebut pasti berhasil, dan berjanji untuk mengembalikan dana yang “dipinjamnya” tersebut setelah bisnisnya sukses. Selanjutnya, “ngelesnya” pun berlanjut ketika ia menyatakan bisnisnya sekarang gagal karena sudah keburu disuruh mengembalikan uang “pinjaman”nya.

Ngedannya sang kepala madrasah tidak berlanjut sampai di situ. Dia mengungkapkan bahwa yang menjadi rekan bisnisnya itu adalah “yang maha kuasa”. Tentu saja ini ironis. Sudah ketahuan salah, masih saja “ngeles” dengan alasan-alasan gila. Ditunjang posisinya sebagai kepala sebuah madrasah, apa yang ia lakukan, bukan hanya menyimpang secara akhlak, melainkan juga menyimpang secara akidah. Terjawablah sudah kenapa selama ini institusi pendidikan kita, bahkan institusi pendidikan yang berbau agama sekalipun, gagal dalam mencetak generasi bangsa yang jujur, amanah, dan bermoral baik. Malah sebaliknya, generasi sekarang malah sering terkooptasi dengan perilaku yang menyimpang. Kebohongan, pengkhianatan, perilaku menyimpang lainnya seperti free sex, nge-drugs, kecanduan alkohol, tawuran, bahkan sampai menjurus kepada akidah yang menyimpang seperti percaya kepada takhyul, khurafat, bid’ah dan lain sebagainya, yang masih saja tumbuh di kalangan muda dan bahkan-kaum intelektual- di tengah zaman reformasi ini. Ingat kasus penggalian “harta warisan” Bung Karno di situs Batu Tulis oleh Menteri Agama waktu itu, Said Agil Al Munawar? Hal ini tentu saja sangat mengejutkan dan memalukan. Hal tersebut dilakukan oleh seorang Menteri Agama. Apalagi, sang menteri tersebut ternyata juga pernah menjadi salah satu pengurus utama organisasi keagamaan terbesar di negeri ini. Lalu dimana nilai-nilai moral yang selama ini digaungkan oleh para kaum tua, ketika mereka sendiri, melalui perilaku mereka, justru malah melakukan pengingkaran terhadap nilai-nilai yang mereka ajarkan? Kemanakah generasi muda akan menghadapkan muka mencari contoh? Maka jangan salahkan ketika esok, perilaku yang sama, atau mungkin lebih edan akan terus ada, karena hal tersebut ternyata merupakan warisan dari generasi-generasi pendahulu kita!!!!!!!!!!!!!


No comments:

Post a Comment