Tentu kita sudah bisa menebak, ucapan seperti apa yang diucapkan oleh sang profesor............
Lalu, tentunya kita bisa menilainya sendiri khan? masih ingat tulisan saya, enaknya jadi dosen salah satu PT Di Jogja?
n then, see this
Wow, kayaknya nggak pernah habis yah ngebahas yang satu ini. Setelah kemarin tulisan saya mengenai betapa “enaknya” jadi dosen di Jogja, yang alhamdulillah mendapatkan apresiasi yang luar biasa, bahkan tulisan saya tersebut juga di copy paste di web/ blog lain, kali ini saya juga akan membahas masalah lain yang nggak jauh-jauh juga dari dunia kampus dan kehidupannya.
Kali ini masalah yang saya bahas adalah mengenai kehidupan sex on campus. Kali ini penulis membahas masalah ini karena isu ini begitu derasnya berseliweran di sekitar kuping penulis sewaktu masih kluntang-klantung di kampus. Penulis memang tidak pernah memergoki sendiri atau mengadakan “penelitian” yang lebih mendalam mengenai masalah ini, karena belum ada waktu khusus untuk itu. Untuk itu, judul yang penulis tuliskan di atas adalah Between Gossip and Reality.
Sebagai seorang mahasiswa yang prestasinya biasa-biasa saja, aktivitas penulis di kampus tidak jauh dari sekedar kuliah, nongkrong-nongkrong, main PS, ngrepotin temen di kos dsb. Di tengah-tengah aktivitas penulis tersebut, tersebutlah kisah seru mengenai kehidupan kampus, yaitu mengenai kehidupan sex mahasiswa.
Penulis tidak akan bicara apakah kejadian ini di kampus penulis atau bukan, karena ntar bisa dibilang mencemarkan nama baik lagi. Clue yang penulis berikan agak sukar untuk ditebak, tapi buat mahasiswa di kota S, pastilah mafhum dimana tempatnya. Sekali lagi, buat kalangan civitas akademika kampus, jangan buru-buru marah, ini hanya sekedar wacana, dan penulis juga belum membuktikan fakta/ kenyataannya, maka penulis memberi judul, between gossip and reality. Sehingga, janganlah kita buru-buru untuk marah, tapi sebaliknya, ada gunanya tulisan ini digunakan sebagai bahan penyelidikan, untuk menginvestigasi apakah benar di kampus tersebut terdapat kegiatan macam itu, sehingga isu-isu yang ada tidak bergerak seperti bola liar. Kalaupun kemudian terbukti benar, maka civitas kampus bisa merancang suatu tindakan untuk mencegah hal itu terulang kembali. Kalaupun tidak benar, maka tulisan ini bisa dijadikan sebagai bahan kewaspadaan supaya hal ini tidak terjadi di kampus anda dan kampus-kampus lain tentunya. Maka, terserah kita semua (civitas akademika) untuk menyikapinya.
Tersebutlah ada sebuah universitas di sebuah kota besar yang berada di tengah-tengah semacam bekas hutan/ kebun yang amat luas. Karena dulunya sebelum dibangun kampus ini tempat tersebut memang tempat yang jarang dijamah, dan baru terjamah, bahkan sekarang sangat ramai sekali, setelah sebuah universitas membangun kampus di situ.
Karena luasnya areal kampus tersebut, disertai dengan suasana mirip perkebunan/hutan dan sawah di sekelilingnya, maka menjadikan kampus tersebut tempat yang nyaman untuk sekedar melepas lelah, di waktu-waktu tertentu. Apalagi jika untuk pacaran, areal kampus tersebut merupakan areal favorit. Ketika pada petang hari, penulis mampir ke kampus, sang penjaga malam yang akrab dengan penulis kemudian menceritakan bagaimana dulu ia “mengintip” orang yang sedang “pacaran” di areal kampus tersebut. Salah satu tanda ada gejala-gejala yang tidak beres adalah apabila terdapat sorot lampu motor yang tiba-tiba dimatikan di sebuah jalan areal kampus, maka hampir dipastikan pula terdapat hal-hal yang tidak beres. Bahkan, ia melanjutkan, pernah suatu kali di sebuah sudut fakultas ********** terdapat dua orang muda-mudi yang kemungkinan memang mahasiswa/wi, sedang berasyik masyuk. Lebih gilanya lagi, peristiwa itu terjadi pada outdoor, dimana terdapat sebuah jembatan dekat fakultas tersebut, dan mereka melakukannya di dekat sana, dan terjadi pada siang hari, lalu dipergoki oleh warga sekitar!!!!!!!!!!!
Penginnya sih ngga percaya dengan omongan tersebut, akan tetapi cerita itu tidak satu dua kali penulis dengar, lagipula hal tersebur disampaikan oleh sumber yang layak dipercaya. Tapi kalo penulis pikir, memang situasi areal kampus yang besar, disekelilingnya terdapat rerimbunan pohon, sawah, dan tanah lapang, karena tempat tersebut memang dulunya semacam hutan, menjadikan sensasi tersendiri bagi yang memang suka mencari sensasi.
Mungkin, anak-anak muda jaman sekarang memang udah nggak waras. Mereka mencoba-coba cari sensasi lain dengan melakukannya di tempat terbuka. Lalu, fenomena apakah ini, sudah sedemikian parahkah kehidupan kampus kita?
Atau jangan-jangan fenomena ini bukan hal yang baru di sekitar kita? Jangan-jangan penulis saja yang masih kuper menanyakan hal ini yang sudah menjadi rahasia umum yang sudah banyak diketahui orang, akan tetapi masih tabu untuk dibicarakan di depan umum?
Tahulah, tapi yang jelas, mungkin masih banyak sex undercover di kehidupan kampus yang isunya masih sering menghinggapi kita. Sex on KKN missal? Pernah dengar? Yang jelas, bila punya cerita unik dan menarik mengenai hal ini artikelnya bisa disambungkan ke blog ini dong…………………
Kita memprihatinkan kondisi bangsa yang semakin hari semakin terpuruk saja. Kerusakan moral terjadi di mana-mana. Penyimpangan akhlak sudah menjadi hal yang biasa. Penyakit “ma lima” menular dimana-mana. Hal ini tentu memprihatinkan kita semua. Masalah ini menjalar di semua kalangan masyarakat. Mulai golongan elite, sampai kalangan rakyat jelata. Hukum yang ada sudah tak lagi berdaya. Pelaku kejahatan tak pernah jera. Sepertinya kiamat sudah semakin dekat saja.
Yah, inilah gambaran Indonesia yang sebenarnya. Amat jauh sebenarnya gambaran negeri gemah ripah loh jinawi, masyarakat yang berbudaya, dsb. Mungkin dulu iya, tapi sekarang tidak lagi. Setidaknya ungkapan itu pernah diungkapkan oleh Pongki Jikustik ketika akan melantunkan lagu Yogyakarta-nya Kla Project pada acara A-MILD LIVE SOUNDRENALINE di Jogja Agustus 2008 kemarin. Pongki mengungkapkan, bahwa masyarakat Jogja sekarang berbeda dengan masyarakat Jogja dulu, dimana masyarakat Jogja dulu masih dikenal dengan keramahannya, andhap asornya, dan sikap adiluhungnya. Entah sekarang.
Tentu kita berharap penyakit moralitas yang sudah menjangkiti bangsa ini tidak semakin menjalar dan bertambah parah. Salah satu alternatif yang kita butuhkan untuk mengobati penyakit bangsa tersebut adalah kembali kepada ajaran agama masing-masing. Tentu dalam hal ini agama tidak lagi ditempatkan ke dalam tataran ranah yang bersifat prifat, akan tetapi diterapkan ke dalam masyarakat luas secara formal dalam kehidupan kemasyarakatan dan kebangsaan. Hal tersebut sejalan dengan sila pertama Pancasila yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan demikian, ajaran agama ini sebetulnya memang sudah lama masuk ke dalam konstitusi kita dan menjadikan agama bukan lagi sebagai nilai-nilai yang dianut berdasarkan nilai-nilai yang bersifat prifat.
Untuk itulah, penulis berharap bahwa dalam rangka mengatasi kegagalan hukum-hukum di Indonesia, yang notabene merupakan warisan pemerintah kolonial, dan ironisnya, tidak terpakai lagi di negara asalnya, alangkah baik jika kita mencoba menerapkan hukum syariat sebagaimana yang telah lama digaungkan. Hukum syariat adalah hukum yang bersumber dari-Nya, yang mana, seharusnya, kita sebagai umat beragama, wajib mengimani dan meyakini bahwa hukum tersebut adalah yang paling benar dan paling adil. Hukum syariat ini, juga, semoga dapat menjadikan obat penawar dahaga bagi pencari keadilan yang selama ini mendapatkan ketidakadilan kesewenang-wenangan dari “dewi keadilan” di negeri ini. Hukum syariat ini juga bersifat menjerakan bagi para palanggar hukum/pelaku kejahatan supaya ia tidak mengulangi perbuatannya di kemudian hari, dan menjadikan “monster” bagi yang lainnya supaya tidak melakukan tindakan yang berlawanan dengan hukum dan keadilan. Hal ini merupakan kebalikan dari hukum Indonesia selama ini, yang sama sekali tidak membuat jera/kapok bagi pelanggar hukum, dan tidak menjadikan sebagai “penakut” bagi yang lainnya untuk bertindak melanggar hukum. Hal ini berkaitan dengan tidak tegasnya aturan dan pelaksanaan hukum sekarang ini. Seringkali kita mendapatkan kerancuan hukum, dimana koruptor, yang merampok uang negara belasan atau puluhan miliar, hukumannya tidak lebih berat dari mereka yang hanya mencuri ayam milik tetangga. Belum lagi perampokan, pemerkosaan, pembunuhan, dan tindakan kriminalitas lainnya yang hukuman bagi pelakunya tidak mencerminkan keadilan bagi korban. Masih ingat kasus Tommy Soeharto? Seorang anak mantan penguasa orde baru ini dituduh membunuh hakim agung, tapi kini sudah melenggang bebas menghirup nafas segar.
Tapi selama ini banyak kendala yang dihadapi dalam memperjuangkan hukum syariat ini ke dalam konstitusi kita. Kenapa? Tentu saja banyak pihak yang agamanya setengah-setengah tidak mau hukum ini diterapkan. Mereka tahu, bahwa hukum syariat ini sangat tegas menindak para pelangar hukum. Karena itu mereka takut, jika mereka melanggar hukum akan dikenakan hukuman yang sangat berat.
Selain itu, tentu saja ketidaksukaan yang tidak beralasan dari umat agama lain. Mereka selama ini beralasan bahwa pelaksanaan hukum syariat mencerminkan ketidakadilan dan perasaan/perlakuan yang tidak equal sebagai warga negara. Alasan ini juga mengada-ada. Hal ini karena hukum syariat hanya menyasar kepada umat baragama yang bersangkutan, bukan kepada umat agama lain. Hal ini tercermin dari pelaksanaan Syariat Islam di Aceh. Syariat Islam di Aceh tidak mencakup umat agama lain sebagai cakupan hukum syariat. Jika alasan mereka mereka merasa dianaktirikan, karena hukum syariat dijadikan sebagai hukum positif, toh mereka juga berhak untuk mengajukan hukum yang berlandaskan pada ajaran-ajaran agama mereka sendiri. Hal ini tentu saja akan memberikan warna yang sebenarnya dari cerminan masyarakat Indonesia, yang menurut presiden Susilo Bambang Yudhoyono, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang religius. Bagaimana mungkin masyarakat yang religius tidak melandaskan kehidupannya berdasarkan pada ajaran-ajaran agamanya. Selain itu, penerapan hukum agama ke dalam konstitusi kita juga merupakan amanah dari sila pertama Pancasila: “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Jadi, pilih mana? Hati nurani anda yang bicara.
Saat ini kita sedang memasuki krisis keuangan global yang melanda semua negara di dunia. Salah satu harapan untuk memulihkan krisis ada pada ekonomi syariah, yaitu ekonomi yang berlandaskan pada syariah Islam. Karena itu, World Islamic Economic Forum (WIEF) ke-5 yang diadakan di Indonesia mempunyai nuansa yang agak berbeda dibandingkan dengan forum yang diselenggarakan sebelumnya. Dalam sambutan pembukaan yang dilakukan oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono, beliau mengatakan bahwa perbankan Islam harus mengambil posisi terdepan karena tidak terpengaruh krisis. Bank-bank yang menjalankan prinsip syariah ini tidak memasukkan aset-aset yang berbahaya dan berisiko karena dalam investasinya, bank syariah tidak mengenal sifat spekulasi. Selain itu, ekonomi syariah sebagaimana yang telah diajarkan Nabi Muhammad semenjak 1400 tahun yang lalu ini, juga mengenal prinsip keadilan.
Wapres Jusuf Kalla yang dikenal sebagai pedagang ulung pun dalam sambutannya pada saat membuka Pre-Forum 5th World Islamic Economic Forum menyatakan bahwa betapa prudentnya perekonomian Islam yang menggunakan real transaction yang condong lebih dapat bertahan terhadap guncangan perekonomian global yang diakibatkan penggunaan unreal transaction. Karakteristik dari perbankan syariah adalah menyalurkan pendanaan pada underlying asset karena hal tersebut merupakan persyaratan bank syariah. Dengan demikian, ketika krisis ini terjadi, dan bank-bank konvensional mulai oleng, maka bank-bank syariah yang relatif tidak terkena dampak krisis ini diharapkan dapat menjadi penopang selanjutnya dari ekonomi dunia, khususnya Indonesia. Pada sistem ekonomi syariah, yang menggunakan akad bagi hasil, membuat penyaluran dana ke sektor riil merupakan keharusan. Likuiditas untuk sektor riil di masa-masa sulit ini tidak boleh berhenti supaya roda ekonomi dapat terus berjalan.
Karena sifat yang tahan krisis itulah, ekonomi syariah, tidak hanya tumbuh di negara yang mayoritas berpenduduk muslim saja, akan tetapi negara-negara barat, seperti Eropa dan Amerika dan negara-negara non muslim lainnya juga menganut sistem ini sebagai salah satu sistem ekonomi mereka. Hal ini terlihat dari negara-negara non muslim yang menerbitkan sukuk global, yaitu Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Tiongkok, dan Inggris.
Dalam forum ini, ketua WIEF, Tun Musa Hitam menyatakan bahwa forum kali ini akan menggapai prediksi kemakmuran Asia di abad 21 akan meningkat seiring kontribusi kelebihan keuntungan usaha komoditas di kawasan Timur Tengah dan Asia. Keuntungan dari negara-negara GCC (Gulf Cooperation Council) seperti Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Oman dan Bahrain serta Uni Emirat Arab pada bulan April 2008 saja mencapai USD 9 triliun.
Karena itu, diharapkan kemudian Indonesia untuk dapat meningkatkan ekonomi syariahnya dengan menggaet investasi dari Timur Tengah. Hal tersebut karena laju pertumbuhan pasar perbankan syariah baru mencapai 3 persen. Tapi hal itu bukanlah suatu hal yang menjadikan kita boleh merasa pesimis, mengingat perbankan syariah di Indonesia baru pertama kali ada tahun 1992 dengan bank muamalatnya. Dan kinerja Bank Muamalat pun menunjukkan kinerjanya yang positif. Pada 2004, bank tersebut mempunyai total aset Rp5,2 triliun dan laba bersih mencapai Rp 48,4 miliar. Bahkan, tahun lalu, Bank Muamalat menyalurkan Rp10,48 Triliun. Sedangkan pada tahun 2007 sebesar Rp 8,62 triliun. Secara umum, Kinerja perbankan syariah di Indonesia mencatat statistik yang fantastis. Pada tahun 2006, asetnya mencatat total Rp 26,722 triliun, sedangkan pada November 2008, mencatat angka Rp 47,178 triliun. Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terkumpul pada tahun 2006, mencapai Rp 20,445 triliun, dan pada bulan November 2008, mencapai angka Rp 34,422 triliun.
Dengan demikian, sistem perbankan syariah masih mempunyai potensi yang luas untuk berkembang di Indonesia. Selain sebagai negara berpenduduk muslim terbesar, juga ceruk pasarnya baru 3 persen dari keseluruhan pasar perbankan di negeri ini. Untuk itu, tidak heran jika investor asing mengalir masuk ke Indonesia.
Akan tetapi, minat investor asing itu ibarat cinta yang bertepuk sebelah tangan. Hal ini karena regulasi yang tidak cukup untuk mengatur sistem syariah ini. Hal ini terlihat dari tidak adanya kepastian hukum terhadap instrumen investasi syariah, seperti obligasi korporasi syariah yang dasar hukumnya masih menggunakan peraturan tentang obligasi konvensional dengan sistem bagi hasil. Ironisnya lagi, lembaga keuangan syariah pun belum memiliki dasar hukum.
Lalu, apakah ke depan, dengan potensinya sebagai negara berpenduduk muslim terbesar dunia, mampukah Indonesia menjadi pusat ekonomi syariah, minimal di kawasan Asia Tenggara, yang kini justru malah dipegang oleh Singapura?
Mantan Presiden AS Jimmy Carter melontarkan kritik yang teramat pedas terhadap Israel. Dalam wawancaranya beberapa waktu lalu dengan Associated Press, mantan presiden yang berusia 84 tahun itu berkata bahwa Israel akan menjumpai malapetaka bila Israel tidak mendukung terwujudnya Palestina sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
Kita tentu amat tercekat mendengar pernyataan ini. Bila hal ini diungkapkan oleh tokoh muslim ataupun tokoh-tokoh yang kontra terhadap Israel, maka kita dapat mafhum. Akan tetapi ini datang dari mantan presiden AS, negara yang selama ini dibawah kontrol dari Yahudi. Ada apa gerangan?
Lebih lanjut, Mr. Carter menyatakan bahwa jika melihat visi solusi suatu negara, yang sepertinya akan menjadi tren, Mr.Carter berharap bukan sesuatu yang tidak bisa ditawar, Israel, justru akan hancur!!!!!!!!! Hal tersebut dikarenakan hanya akan ada tiga pilihan tersisa bagi negara Yahudi itu jika tetap menentang berdirinya Palestina sebagai suatu negara, dan kesemuanya tidak menguntungkan bagi Israel.
Opsi pertama yang dikemukakan adalah menumpas sejumlah besar warga Palestina. Sebab, dalam waktu dekat jumlah mereka akan jauh lebih besar daripada orang Yahudi. Jumlah besar akan menyulitkan posisi Israel sebagai penentang berdirinya Palestina sebagai sebuah negara. Bila opsi tersebut dilakukan, maka itu sama saja dengan Genosida.
Pilihan kedua dan ketiga juga tidak memberikan banyak celah untuk Israel mewujudkan harapan. Kedua pilihan ini berhubungan dengan hak pilih warga Palestina. Kedua opsi tersebut ialah mengebiri hak pilih warga Palestina jika referendum dihelat. Hal ini akan menjadikan Israel dijuluki sebagai negara Apartheid. Opsi kedua adalah memberikan hak penuh kepada warga Palestina. Hal ini berarti kemenangan bagi Palestina.
Pandangan Mr. Carter tersebut ia ungkapkan ketika melaunching buku barunya, We Can Have Peace In The Hoy Land. Mr. Carter berpandangan, solusi dua negara akan jauh lebih baik ketimbang satu negara, asalkan, keduanya bisa hidup berdampingan secara damai.
Kalau kita melihat realita ini, tampaknya apa yang ditawarkan Mr. Carter tampaknya bakal sulit terwujud. Kedua belah pihak, baik bangsa Palestina dan Israel mempunyai dua perbedaan yang mendasar yang sulit disatukan. Dan ini menjadi akar penyebab konflik. Kedua bangsa tersebut sama-sama mengklaim bahwa tanah yang mereka duduki adalah tanah yang diwariskan kepada mereka oleh Tuhan, menurut ajaran masing-masing tentunya.
Tentu melihat hal ini sangatlah sulit jika kita ingin melihat perdamaian diantara mereka. Ini bukan hanya perang antara dua bangsa, tapi ini juga perang diantara dua agama yang mempertahankan prinsip masing-masing. Jawaban dari mengapa konflik ini terus berlangsung dan bahkan makin panas, dapat kita temukan dalam pembahasan-pembahasan Al Qur’an dan Hadits. Banyak sekali buku-buku yang membahas tentang masa depan konflik Palestina-Israel, khususnya buku-buku yang membahas mengenai tanda-tanda kiamat. Jadi, silakan cari di buku-buku tersebut kelanjutan konflik ini………
Krisis ekonomi global telah mengguncang dunia. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, seluruh negara di dunia terkena imbas krisis ini. Hal ini disebabkan karena krisis itu disebabkan dan mengimbas pada perekonomian Amerika Serikat. Krisis ini berlangsung lebih dari setahun yang lalu setelah dipicu oleh krisis subprime mortgage. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) diberikan kepada debitor yang sebetulnya tidak layak menerimanya. Edannya, pinjaman tersebut kemudian dijual kembali dalam bentuk instrument investasi ke bank, institusi keuangan, dan investor individu di seluruh dunia. Saat terjadi gagal bayar pada KPR tersebut, meledaklah krisis tersebut. Tentu saja, Amerika sebagai pemain utama perekonomian dunia mempunyai andil yang sangat besar terhadap kelangsungan, bahkan menjadi gantungan dari ekonomi negara-negara lain.
Di Amerika sendiri, banyak perusahaan-perusahaan bonafide yang kemudian terimbas krisis dan kemudian sekarat. AIG, perusahaan asuransi nomor wahid dunia dan Citibank, bank yang merupakan nomor wahid pula, yang sahamnya sempat merosot sampai 50 persen. Hal itu belum termasuk tiga raksasa otomotif Amerika, yang juga ikut sekarat karena krisis ini.
Untuk mencegah agar krisis ini tidak berlanjut dan kemudian bangkit, pemerintahan Barack Obama kemudian memberikan talangan kepada perusahaan-perusahaan yang sekarat tersebut. Bahkan, dalam rangka menyelamatkan bank-bank besarnya, pemerintah AS mengadakan stress test (uji kemampuan atas stabilitas). Hal ini dilakukan untuk mengetahui dan menentukan apakah bank-bank tersebut tetap bisa survive jika terjadi resesi yang lebih parah. Pengumuman tersebut memberikan harapan bahwa kebijakan-kebijakan Obama akan membawa hasil untuk memulihkan sektor finansial AS. Menurut riset, Citigroup mulai menunjukkan indikasi positif karena program bantuan ini. Obama menyatakan bahwa institusi finansial akan diawasi sangat ketat di tengah krisis ekonomi global ini. Kepercayaan atas sistem finansial di AS hanya bisa dibangun lagi dengan transparan serta keterbukaan.
Stress test ini diwajibkan bagi 20 institusi finansial dengan total aset masing-masing USD 100 miliar. Stress test ini akan digunakan sebagai penentu untuk memutuskan apakah bank-bank tersebut memerlukan modal tambahan dari dana talangan Depkeu AS.
Hal ini memunculkan konsekuensi, dimana saham preferensi pemerintah, kemudian dikonversi menjadi saham biasa. Karena rencana Obama tidak dijelaskan secara spesifik, rencana tersebut kemudian menuai kritik. Hal tersebut tak ayal membuat harga-harga saham menjadi terpuruk.
Beberapa analis memperkirakan, program penyelamatan finansial akan dapt mengarah kepada nasionalisasi perbankan utama di AS. Reaksi terhadap hal tersebut, Ben Bernanke, Chairman The Fed, mengemukakan bahwa pemerintah AS berusaha keras untuk menghindari terjadinya nasionalisasi.
Hal senada juga diungkap oleh Sheila Blair, chairman the Federal Deposit Insurance Corp (FDIC), lembaga penjamin simpanan perbankan. Menurut dia, pemerintah tidak ingin memainkan peran manajerial dalam operasi perbankan. Perbankan beroperasi dan berfungsi paling baik di tangan swasta, dan tidak cocok untuk keputusan operasional sehari-hari, bebernya lebih lanjut.
Menyikapi hal ini, penulis berpendapat bahwa sebenarnya, setelah saham preferen yang dimiliki oleh pemerintah kemudian diubah menjadi saham biasa, maka kedudukan pemerintah sebetulnya sama dengan pemilik saham biasa lainnya. Pemerintah, sebagai pemilik saham biasa, selain mendapat dividen dan mendapatkan hak voting, juga dapat duduk dalam manajerial operasional sehari-hari. Hal ini karena, pemerintah sebetulnya juga mempunyai tempat dan posisi yang sama dengan investor-investor biasa lainnya.
Kepemilikan saham oleh pemerintah bukanlah hal yang tabu. Hal ini seperti yang terjadi di Indonesia, dimana pemerintah memiliki bank mandiri misalnya. Ketika pemerintah mengelontor dhuitnya kepada bank tersebut, maka ia tak ubahnya seperti investor yang membeli saham bank tersebut. Karena itu, tak peduli apakah itu pemerintah, asal ia mempunyai dana yang ia tanam di bank tersebut, maka ia mempunyai posisi yang setara dengan pemegang saham lainnya.
Karena itu, hendaklah pemerintah AS tak menabukan peranan pemerintah dalam system ekonomi liberalisasinya. Asalkan pemerintah AS mempunyai peranan sebagaimana layaknya investor, maka pemerintah AS juga berhal bertindak sebagaimana layaknya seorang investor, yang dapat juga mengambil peran manajerial dalam tubuh bank tersebut.
Sekitar satu tahun yang lalu, ada bukaan lowongan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di kantor Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) Jakarta. Untuk kedua kalinya saya pergi ke Jakarta setelah yang pertama kali saya menghadiri pernikahan saudara. Tapi kali ini saya harus pergi ke Jakarta sendiri, cari penginapan sendiri, dan sudah dipesan sama orang tua untuk tidak usah ke rumah saudara, takut ngerepotin. Setelah sampai di terminal Lebak Bulus, maka segera saya naik Kopaja ke kantor ANRI, dan kebetulan bertemu dengan rekan senasib dari Jogja yang juga berniat sama seperti saya, mengikuti tes seleksi penerimaan pegawai negeri. Akhirnya kita menemukan sebuah masjid di sekitar kantor ANRI sebagai tempat menginap, kebetulan di masjid tersebut juga menjadi “hotel” bagi rekan-rekan senasib lainnya, yang memilih untuk menginap di “Hotel Surga” tersebut. hehehehe………………….daripada nginep di The Sultan, Hyatt, Four Seasons, Santika, Atawa di Century Park Senayan, lebih baik kan di masjid, gratiiisss,tis,tis,tis, sekalian dapat nyium wangi surga khan? Itulah yang menjadi prinsip orang-orang kere seperti saya ini kalau di kota besar. Asalkan serba gratisan saja………………………
Ketika berada di kantor ANRI, untuk mengambil kartu tes, sembari menunggu, saya, dan teman-teman, duduk-duduk di depan Gedung ANRI yang cukup megah. Di situ juga sedang menunggu puluhan, atau mungkin ratusan orang calon peserta seleksi penerimaan calon pegawai negeri sipil lainnya, dari berbagai kota dan berbagai universitas di Indonesia, kebanyakan yang saya temui dari Jogja, sedangkan dari Semarang, sedikit. Hal tersebut membuktikan bahwa masyarakat Jogja lebih melek teknologi informasi dibandingkan anak Semarang. (Lowongan CPNS ANRI diumumkan via internet). Saya pun lantas berkenalan dengan mereka dan berbincang-bincang hangat.
Salah satu kenalan saya, sebut saja ia Mr.Bond. Ia lulusan dari universitas yang sangat bergengsi di kota Gudeg tersebut. Nggak usah nebak, pasti semuanya sudah pada tahu……… Di situ kami berbincang-bincang mengenai universitas kami masing-masing, kebetulan saya juga merupakan lulusan dari universitas yang amat bergengsi di kota lunpia. Kemudian perbincangan kami sampai pada topik mengenai dosen killer, terutama dosen pembimbing yang sering nyusahin mahasiswa bimbingannya ketika dalam proses menyelesaikan Tugas Akhir (TA) dan Skripsi.
Alkisah, Mr. Bond mengatakan bahwa di almamaternya pada zaman dahulu seorang dosen yang mempersulit skripsi mahasiswanya, maka si dosen tersebut akan menerima ancaman fisik dari si mahasiswa bimbingannya sendiri. Tapi itu dulu……………………………. lain dulu lain sekarang. Bila dulu si dosen merasa takut, tapi sekarang…………………….. waaaaaahhhhhhhhhhh, ueeeennaaaaaakkk bangetttt bosssss. Lanjutan kisahnya begini: Sekarang, dosen-dosen pembimbing di universitas tersebut, bila mempersulit proses pembimbingan pada anak bimbingannya sendiri, khususnya mahasiswi, maka si mahasiswi tersebut akan melakukan sesuatu yang “genit” terhadap si dosen tersebut, supaya urusan menjadi lancar, moncer, cespleng, n cepet-cepet lulus, trus diwisuda deh………………………………… Tentu saja kisah ini membuat saya menjadi terbelalak tak percaya. Sebuah universitas bergengsi di kota gudeg yang kesohorannya sudah melegenda dan dikenal di seluruh antero negeri mempunyai riwayat mahasiswi dan pak dosen yang seperti itu?
Sejenak tak percaya, kemudian saya berpikir……dan teringat akan sebuah ungkapan bahwa kalau pengetahuan, terdapat beda antara rektor dan pak tani, tetapi kalau soal moral, tidak ada yang beda di antara mereka. Itu artinya, suatu pangkat, gelar, jabatan, apakah itu rektor, dosen, insinyur, jenderal, atau mungkin haji, bahkan presiden sekalipun tidak bisa dikatakan akan mempunyai moral dan akhlak yang lebih tinggi dibandingkan dengan pak tani, yang sekolah saja nggak tamat SR (Sekolah Rakyat/setingkat SD). Karena sama sekali nggak ada hubungannya antara ijazah yang tinggi dengan tingginya derajat moral si penerima ijasah tersebut. Hal ini karena sekolah, universitas, atau lembaga pendidikan lainnya bukanlah lembaga pendidik moral, akan tetapi lembaga/institusi penyebar pengetahuan semata. Memang, di dalam sekolah/universitas diajarkan PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan), Pendidikan Agama, di kampus juga terdapat mata kuliah sejenis yang intinya mengajarkan watak moral yang baik dan budaya luhur, baik yang diajarkan di dalam agama maupun warisan leluhur nenek moyang kita yang sampai saat ini menjadi aturan moral tak tertulis dalam kehidupan di masyarakat yang kemudian aturan tersebut diadopsi negara ke dalam konstitusinya (Pancasila). Tapi, soal moral ini menyangkut nafsu dan hasrat manusia, di mana manusia sendiri mempunyai tingkat yang berbeda untuk bisa mengendalikannya. Sepintar apapun ia menghafal Al Qur’an, sehebat apapun ia mempunyai hapalan UUD 45, Pancasila beserta penjabarannya, ataupun ia sudah cum laude penataran P4 sekalipun, jika ia tidak bisa mengendalikan nafsu dan hasratnya, maka nilai-nilai moral tersebut akan ia labrak juga. Dan itu semua berpusat pada yang namanya……….HATI. Hal itu berdasar pada hadits Rasulullah SAW. yang menyatakan ada segumpal daging di dalam tubuh yang kalau daging tersebut baik, maka akan baik pula seluruh tubuhnya, tetapi bila daging itu buruk, maka akan buruk pula seluruh tubuhnya. Tentu saja istilah yang saya sebutkan barusan bukanlah istilah medis. Pembaca yang membaca tulisan ini adalah seorang intelektual yang tentunya bisa menerjemahkan hadis rasulullah tersebut!
Jadi kita nggak usah heran jika sekarang kita melihat bupati, gubernur, menteri ataupun Profesor yang pernah menjabat ketua KPU pada masuk penjara. Maka janganlah kita sekali-kali kita terkagum-kagum atau terkesima dan menganggap-anggap lebih pada seseorang yang mempunyai jabatan tinggi, siapa tahu orang itu rampok atau maling yang menggerogoti uang kita, uang rakyat. Karena bisa jadi semuanya itu PALSU!!!!!!!!!!!!!!!
NB: Tentu penulis pikir tidak semua dosen di universitas tersebut mempunyai perangai buruk seperti yang penulis ungkapkan di atas, melainkan hanya “oknum”, meskipun saya sebetulnya enggan menggunakan istilah oknum, karena biasanya istilah tersebut akan digunakan untuk menghilangkan tanggungjawab institusi terhadap elemen-elemennya yang bertindak menyimpang.
Bagi elo-elo pencinta gambar gambar dan film-film porno, berhati-hatilah!!!!!!! Donald Hilton Jr MD, seorang ahli bedah saraf dari San Antonio, Amrik sono Menerangkan mengenai kerusakan otak yang disebabkan oleh kecanduan pornografi. Hal itu dia ungkapkan dalam diskusi “Memahami Dahsyatnya Kerusakan Otak Akibat Kecanduan Pornografi dan Narkoba.”
Pada dasarnya, semua kecanduan, mempunyai efek yang negatif terhadap kesehatan otak. Contohnya adalah kecanduan makanan (obesitas), judi, narkoba, dan pornografi, beber ahli neuroscience dari Methodist Speciality and Transplant Hospital San Antonio tersebut.
Diantara semua kecanduan (adiktif) tersebut, tingkat kerusakan otak yang paling parah ternyata disebabkan oleh kecanduan pornografi. Kalau hal tersebut dibiarkan, hal tersebut dapat menyebabkan penyusutan (pengecilan) otak!!!!!!!!!!!!
Nah lho……………..
Semua itu bisa disembuhkan asal dilakukan pengobata yang intensif, dan memakan waktu setidaknya 1,5 tahun!!!!
Hal tersebut karena otak mengalami regenerasi jaringan. Meski begitu, hal tersebut bergantung kepada tingkat kecnduan yang diderita. Kecanduan-kecanduan lain, seperti kecanduan makanan dan drugs lebih mudah diatasi ketimbang kecanduan pornografi.
Donald Hilton juga mengemukakan bahwa antara otak yang kecanduan dan yang tidak mempunyai perbedaan. Bagi yang kecanduan, otaknya memiliki mekanisme kontrol yang kecil terhadap rangsangan. Tapi sebaliknya, otak yang belum kecanduan masih memiliki kontrol yang besar untuk mencegah perintah supaya tidak kecanduan.
Mayoritas anak dan remaja mengonsumsi tayangan pornografi dari inernet. Dari semua kasus kecanduan, pornografi merupakan salah satu yang tersukar. Hal tersenut ia kemukakan berdasarkan riset yang ia lakukan dengan istrinya. Bahkan kesulitannya melebihi kasus kecanduan obat.
Na, setelah fakta-fakta di atas, lalu masihkah elo-elo pada meneruskan kecanduan elo untuk mengonsumsi content-content pornografi? Hati-hati…………Hal ini karena Indonesia merupakan negara yang mengakses content porno yang tinggi di internet.
Selain itu, Indonesia juga dikenal sebagai salah satu negara terporno setelah Rusia.
Tentu hal ini sangat membahayakan generasi muda Indonesia. Hal ini karena kerusakan yang ditimbulkan oleh tayangan poronografi lebih parah jika dibandingkan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh ngedrugs sekalipun!!!!!
Jika bahaya narkoba, diatasi dengan membentuk badan narkotika nasional, selain itu juga bermunculan berbagai macam LSM anti narkoba lainnya, lalu apa yang akan dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk menanggulangi bahaya pornografi yang lebih dahsyat ya?????????
Akhir-akhir ini seiring dengan mendekatnya jadwal Pemilihan Umum, banyak sekali manuver-manuver politik ataupun yang berbau politik dilancarkan oleh aktor-aktor politik. Mulai dari manuver yang paling halus hingga manuver yang paling kasar sekalipun. Salah satu manuver yang dilancarkan oleh para aktor politik tersebut adalah melakukan black campaign terhadap pihak lawan.
Salah satu partai yang menjadi sasaran black campaign ini adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Meski begitu, pihak lawan kesulitan dalam melakukan black campaign ini. Ini dikarenakan PKS merupakan yang sulit dicari kesalahan maupun kelemahannya. Kader-kader yang mereka miliki mempunyai moralitas yang tinggi. Anggota dewan dari PKS juga dikenal anti sogokan. Organisasi mereka sangat solid. Kedisiplinan partai yang dikenal tinggi. Partai yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam, Santri intelek dan berbagai macam kelebihan lainnya. Hal ini sesuai dengan motonya, Jujur dan Peduli, yang bukan hanya sekedar slogan, namun juga terealisasi ke dalam perbuatan dan tindakan mereka.
Karena itu, begitu ada sedikit saja kebocoran atau kecacatan dalam diri mereka, segera saja hal tersebut menjadi sasaran empuk bagi pihak lawan. Seperti contoh ketika ada caleg PKS yang tertangkap sedang ada di panti pijat, segera saja berita tersebut menjadi heboh, serta menjadi berita nasional. Hal ini berkebalikan dengan partai lainnya. Ketika ada anggota DPRD Kudus dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Demokrat yang tertangkap karena berjudi, maka beritanya pun sunyi senyap dan tidak heboh, cuma sekedar menjadi berita pelengkap bagi harian lokal saja, seolah itu sudah menjadi hal yang lumrah dan biasa.
Lain lagi yang dilakukan oleh Abdul Hadi Djamal, anggota dewan sekaligus menjadi caleg PAN Sulawesi Selatan itu tertangkap tangan oleh KPK karena terlibat kasus suap pembangunan bandara di kawasan Indonesia Timur. Ia menyebut nama keterlibatan Rama Pratama, politikus muda PKS dan PKS dua kali. Padahal ia sendiri juga menyebut semua fraksi ikut terlibat, tapi yang disebut namanya dengan jelas adalah mas Rama dan PKS, dua kali lagi!!!!!!!! Belakangan diketahui omongan Abdul Hadi Djamal yang kemudian dipecat dari PAN ini hanya ngaco belaka. Soalnya, pada pernyataan awal, pertemuan yang membahas masalah yang kemudian berperkara tersebut dilakukan di hotel Ritz Charlton, e……..esoknya, ia bilang bahwa pertemuan tersebut dilakukan di Four Seasons. Omongannya seperti orang stress, esuk dele sore tempe.
Hal ini menunjukkan betapa PKS memang sudah dikenal akan tingkat moralnya yang begitu tinggi dibandingkan dengan partai lain. Oleh karena itu, sedikit cacat saja, maka hal itu akan segera menjadi santapan bagi pihak lawan. Lalu, bagaimana PKS menghadapi itu semua?
Ada baiknya bagi PKS dan kader-kadernya untuk semakin mawas dan berhati-hati dalam bertindak dan berbuat. Harapan rakyat Indonesia kepada anda semua yang dikenal jujur, bersih, dan peduli sangat tinggi. Di tengah-tengah dahaga krisis kepercayaan karena moral para elite politik yang ternyata amat buruk, dan tidak bisa mengemban amanat rakyat, kalian hadir bagaikan oase di tengah padang pasir untuk meghilangkan rasa dahaga tersebut.
Tingkatkan ketakwaan kalian kepadaNya, yang selama ini telah digembleng oleh para murabbi kalian, dan tingkatkan terus kepedulian kalian kepada masyarakat selitar seperti ketika kalian datang membantu menolong saat masyarakat dilanda banjir, dilanda tanah longsor, Tsunami, dan lainnya. Titik harapan itu ada pada kalian.
Mungkin ulah kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI) GUPI Cipondok, Cibingbin, Kuningan, Jawa Barat ini tidak boleh ditiru. Hal ini dikarenakan sebagai pembimbing/pendidik/pembina di sebuah institusi pendidikan keagamaan, apa yang diperbuatnya sama sekali bertentangan dengan ajaran nilai-nilai akidah, akhlak dan moral yang seharusnya diajarkan kepada anak didiknya.
Hal ini bermula ketika awalnya ia bermimpi. Dalam mimpinya, ia mengaku mendengar sebuah suara yang mengaku akan menitipkan harta kekayaan kepadanya. Dasar iman dan akidahnya lemah, bukannya meminta petunjuk yang Maha Kuasa atas mimpinya, malah ia berkonsultasi dengan “orang pintar”. Tentu saja, nasihat yang diberikan “orang pintar” itu cenderung menyesatkan. Menurut peneropongan “orang pintar” tersebut, di “alam gaib” sana, ada banyak harta untuk sang kepala madrasah. Dan untuk mengambil harta tersebut dari “alam gaib”, maka sang kepala tadi harus melakukan sebuah ritual. Hal tersebut terungkap di sebuah persidangan di PN Kuningan belum lama ini.
Langkah yang ditempuhnya kemudian pun tentu saja semakin jauh dan menyimpang dari ajaran agama yang seharusnya ia anut. Ia malah bekerjasama dengan sang “orang pintar” tersebut untuk melakukan ritual yang dimaksud. Dan ternyata, ritual itu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Untuk menutupi kebutuhan dana yang ia “investasikan” melalui ritual konyol itu, ia menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang merupakan jatah bagi madrasahnya senilai Rp 112 juta.
Gilanya lagi, sang kepala madrasah seolah merasa tidak bersalah dengan mengelak di persidangan, bahwa ia sebenarnya tidak mempunyai maksud untuk menggelapkan duit dari pemerintah yang seharusnya dinikmati murid-murid madrasahnya tersebut. Duit yang seharusnya ia embankan kepada bendahara sekolah untuk dikelola, tidak ia serahkan kepada bendahara sekolah tersebut, karena ia sendiri tidak percaya kepada bendahara sekolah tersebut, yang ia khawatirkan akan diselewengkan oleh sang bendahara. Ia mengatakan lebih lanjut di persidangan bahwa bisnis gaib tersebut pasti berhasil, dan berjanji untuk mengembalikan dana yang “dipinjamnya” tersebut setelah bisnisnya sukses. Selanjutnya, “ngelesnya” pun berlanjut ketika ia menyatakan bisnisnya sekarang gagal karena sudah keburu disuruh mengembalikan uang “pinjaman”nya.
Ngedannya sang kepala madrasah tidak berlanjut sampai di situ. Dia mengungkapkan bahwa yang menjadi rekan bisnisnya itu adalah “yang maha kuasa”. Tentu saja ini ironis. Sudah ketahuan salah, masih saja “ngeles” dengan alasan-alasan gila. Ditunjang posisinya sebagai kepala sebuah madrasah, apa yang ia lakukan, bukan hanya menyimpang secara akhlak, melainkan juga menyimpang secara akidah. Terjawablah sudah kenapa selama ini institusi pendidikan kita, bahkan institusi pendidikan yang berbau agama sekalipun, gagal dalam mencetak generasi bangsa yang jujur, amanah, dan bermoral baik. Malah sebaliknya, generasi sekarang malah sering terkooptasi dengan perilaku yang menyimpang. Kebohongan, pengkhianatan, perilaku menyimpang lainnya seperti free sex, nge-drugs, kecanduan alkohol, tawuran, bahkan sampai menjurus kepada akidah yang menyimpang seperti percaya kepada takhyul, khurafat, bid’ah dan lain sebagainya, yang masih saja tumbuh di kalangan muda dan bahkan-kaum intelektual- di tengah zaman reformasi ini. Ingat kasus penggalian “harta warisan” Bung Karno di situs Batu Tulis oleh Menteri Agama waktu itu, Said Agil Al Munawar? Hal ini tentu saja sangat mengejutkan dan memalukan. Hal tersebut dilakukan oleh seorang Menteri Agama. Apalagi, sang menteri tersebut ternyata juga pernah menjadi salah satu pengurus utama organisasi keagamaan terbesar di negeri ini. Lalu dimana nilai-nilai moral yang selama ini digaungkan oleh para kaum tua, ketika mereka sendiri, melalui perilaku mereka, justru malah melakukan pengingkaran terhadap nilai-nilai yang mereka ajarkan? Kemanakah generasi muda akan menghadapkan muka mencari contoh? Maka jangan salahkan ketika esok, perilaku yang sama, atau mungkin lebih edan akan terus ada, karena hal tersebut ternyata merupakan warisan dari generasi-generasi pendahulu kita!!!!!!!!!!!!!
Pada pelaksanaan pesta demokrasi kali ini, yang penulis rasakan saat ini di daerah penulis, di Kabupaten Semarang, yang saat ini memasuki tahap kampanye terbuka, berjalan kurang meriah dan kurang gereget. Hal ini tidak seperti pada pemilu-pemilu sebelumnya dimana rakyat selalu menyambut hangat gelaran pesta demokrasi yang selalu hadir 5 tahun sekali itu. Pada pemilu-pemilu sebelumnya, jauh-jauh hari rakyat sudah menyambut gelaran pesta demokrasi ini dengan semangat dan kemeriahan. Bahkan saking meriah dan semangatnya rakyat menyambut hajatan politik itu, tidak jarang terjadi situasi “panas” yang menyelimuti pendukung masing-masing. Pada sebuah desa yang tradisi NUnya kental, tapi beda partai, satunya PKB, satunya lagi PPP, bisa saling main boikot acara yasinan dan lain sebagainya. Penulis masih ingat bagaimana maraknya pula “wong cilik” pada tahun 1999 yang melihat harapan cerah pada PDI-P dan turunnya ratu adil pada sosok Megawati Soekarno Putri, mendirikan posko-posko dengan dana swadaya mereka sendiri. Penulis juga masih ingat betapa hebohnya waktu melihat kampanye PAN yang sangat atraktif. Bahkan penulis juga mengikuti konvoi kampanye PKS yang mengambil rute-rute “tikus” di desa-desa.
Namun, lain ladang lain belalang, lain dulu lain sekarang. Saat ini kampanye berjalan kurang gereget dan meriah. Memang, spanduk dan umbul-umbul partai sudah bertebaran semenjak satu tahun yang lalu. Dimana-mana terdapat spanduk, baliho, poster-poster dan stiker untuk memperkenalkan partai dan calonnya. bahkan pemasangan “iklan” lebih semarak dibandingkan sebelum-sebelumnya. Mengapa hal itu bisa terjadi? Tidak lain karena sekarang semua mesin partai itu bergerak, terutama para caleg. Hal ini karena pada pemilu sekarang terdapat aturan, yang merupakan produk dari Mahkamah Konstitusi yang memberikan caleg dengan suara terbanyak untuk bisa masuk dan lolos menjadi anggota dewan. Hal ini menghapus sistem ketidakadilan seperti pemilu-pemilu sebelumnya, dimana suara itu hanya diberikan untuk caleg yang biasanya berada pada nomor posisi atas, sesuai dengan kebijakan partai masing-masing. Hal ini menutup masuknya caleg-caleg yang berada pada nomor “sepatu”. Namun, hal itu tetap saja tidak mengubah kondisi saat ini bahwa rakyat sudah mulai apatis dan tidak mau peduli pada pesta demokrasi kali ini.
Ada beberapa alasan yang bisa saya sebutkan disini. Pertama, masyarakat sudah jenuh dan bosan dengan pesta demokrasi yang kerap digelar. Perlu diketahui bahwa, saat ini, dalam periode 5 tahun, rakyat dihadapkan pada 4 kali pelaksanaan pemilihan: Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden, Pilkada Gubernur, dan Pilkada Bupati/Walikota. Mereka merasa capek dan terbiasa dengan digelarnya pemilihan-pemilihan tersebut, sehingga masyarakat tidak lagi menganggap datangnya pemilu sebagai sesuatu yang istimewa.
Kedua, ditengah himpitan ekonomi yang menjerat masyarakat, mereka tidak lagi memikirkan pemilu, parpol, dan lain sebagainya sebagai prioritas dalam kehidupan mereka. Mereka lebih mengutamakan bagaimana supaya keluarga mereka bisa makan, anak mereka masih bisa sekolah, bayi mereka masih bisa minum susu dan lainnya. Daripada mengikuti kampanye ataupun kegiatan parpol lainnya atau mungkin dengan datang ke TPS untuk memberikan suaranya, lebih baik kerja buat cari makan. Toh, dengan diselenggarakannya pemilu juga tidak akan berpengaruh banyak pada kehidupan mereka. Mereka masih susah cari beras, minyak, dan sembako-sembako lainnya.
Ketiga, citra lembaga legislatif yang terpuruk. Akhir-akhir ini kita sering disuguhkan dengan berita-berita mengenai korupsi yang dilakukan oleh orang-orang di lembaga dewan. Terakhir ini, kita dikejutkan oleh penangkapan anggota DPR dari PAN, Abdul Hadi. Hal itu tentu saja melukai hati para rakyat yang telah memilih mereka pada periode yang lalu. Cerita mengenai anggota dewan yang tertangkap tangan oleh KPK bukan hanya sekali dua kali ini saja, melainkan sudah sejak beberapa waktu yang lalu, rakyat disajikan cerita serupa. Belum lagi perbuatan bejat anggota dewan lainnya, seperti perselingkuhan, yang dulu sempat geger dengan rekaman handphone antara pedangdut Maria Eva dengan anggota dewan dari Partai Golkar, Yahya Zaini. Ironisnya, Yahya Zaini merupakan ketua sebuah departemen yang membidangi masalah keagamaan di partainya. Naudzubilahhimindzalik. Dunia sudah kebalik-balik. Baru saja kasus Yahya Zaini hilang dari ingatan, kita sudah dikejutkan lagi oleh kasus serupa yang dilakukan oleh Max Moein, dari PDI-P, yang juga foto perselingkuhannya beredar luas. Sungguh memalukan!!!!!!!!!!!!!!!!
Selanjutnya, rakyat tidak mengenal calon yang akan mereka pilih. Para caleg itu hanya sekedar memasang spanduk-spanduk dan poster-poster yang memajang nama dan wajah mereka, tanpa pernah sekalipun dikenal oleh rakyat sebelumnya. Hal ini ironis, sebab, seharusnya seorang wakil rakyat hendaknya lebih dulu dikenal oleh rakyat, sehingga rakyat tahu kualitas dan kapabilitas para caleg yang akan mereka pilih. Rakyat seharusnya tidak didorong untuk memilih caleg yang mereka kenal, tapi caleg terbaik yang mereka kenal. Hal ini tidak pernah dilakukan oleh parpol, lembaga yang seharusnya paling bertanggungjawab mengenai masalah ini. Seharusnya, parpol-parpol itu semenjak jauh-jauh hari sebelum pemilu sudah mendorong kader-kadernya untuk bekerja mengabdi kepada rakyat. Akan tetapi yang ada kemudian adalah, caleg-caleg tersebut baru “nampang” dengan memasang wajah mereka di pohon-pohon ketika menjelang pemilu. Setelah pemilu berakhir, dan mereka terpilih, mereka bahkan lupa kepada rakyat yang telah memilihnya. Mereka sibuk korupsi dan tidak peduli lagi dengan nasib rakyat. Rakyat dibiarkan berjuang sendiri dalam mempertahankan hidup. Bahkan tidak jarang, mereka berkongkalikong dengan pihak lain untuk menindas rakyat, demi perut mereka sendiri. Kantor-kantor parpol memilih untuk tutup saja, karena mereka enggan untuk meneruskan kontrak kantor partai dan sebagainya. Intinya, rakyat hanyalah dijadikan sebagai alat untuk kepentingan mereka sendiri.
Untuk itulah, jangan heran ketika kita nanti akan melihat angka golput akan meninggi. Hal ini sudah terindikasi pada pilkada yang lalu, di mana, suara golputlah yang sering menjadi “pemenang pilkada”, dengan besaran angka 35-40 persen, bahkan lebih. Hal ini tentunya bukanlah salah KPU, karena tugas KPU hanya untuk menyelenggarakan pemilu saja. Tanggungjawab terbesar berada di pundak parpol, dimana mereka gagal dalam menjaga amanah dalam menjalankan amanat rakyat, bahkan mengkhianati amanah rakyat tersebut.
Hari Sabtu malam jam 19.45 pasti kalangan penggemar bola banyak yang memilih untuk diam di rumah daripada apel pacar atau sekedar nongkrong-nongkrong. Ya, karena saat itu sedang ada pertandingan Liga Inggris yang menarik antara tuan rumah Manchester United berhadapan dengan sang tamu, Liverpool. Keduanya baru saja menjalani pertandingan yang cukup melelahkan di Liga Champions, yang mereka petik dengan hasil yang positif. Manchester United menundukkan Inter Milan dan Liverpool membantai Real Madrid. Tentu atmosfer panas menyelimuti kedua kubu menjelang pertandingan, selain karena mereka adalah penghuni papan atas klasemen, mereka juga dikenal dengan perseteruannya yang abadi. Hasil akhir dari pertandingan tersebut sudah kita ketahui semua, yakni keunggulan telak sang tamu, dengan skor 4-1!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Kita semua terkejut dengan hasil tersebut. Tentu hal ini bila kita menilik beberapa catatan pertandingan terakhir kedua tim di Liga Inggris. Dalam beberapa pertandingan terakhirnya, Liverpool seringkali mengalami hasil seri, di antaranya ketika melawan Fulham, West Ham United, Hull City, Stoke City, Everton, dan Manchester City. Tragisnya, kebanyakan dari hasil imbang di atas justru mereka tuai ketika bertanding di Anfield!!!!!!!! Hanya dengan Stoke – lah, hasil seri mereka tuai di kandang lawan.
Hal ini berkebalikan dengan hasil yang dituai oleh anak-anak Sir Alex Ferguson. Dalam beberapa pertandingan terakhir, mereka selalu menang. Bahkan, kiper utama mereka, Edwin Van Der Sar, sampai-sampai mencetak rekor clean sheet terlama di Liga Inggris. Hal ini menunjukkan betapa kokoh dan kuatnya pertahanan Manchester United saat ini. Maka tak heran jika kemudian banyak yang menganggap remeh Liverpool jelang pertandingan. Akan tetapi bola itu bundar. Tanpa disangka dan tanpa dinyana, anak asuh Sir Alex Ferguson justru tersungkur di depan pendukungnya sendiri, dengan skor yang cukup telak pula, 4-1.
Lalu, apakah ini menjadi tanda kebangkitan Liverpool dan awal dari keruntuhan Manchester United di musim ini? Belum tentu pula. Menurut histori Liga Inggris dalam dua puluh tahun ini, Liverpool bukanlah tim yang konsisten dalam menjalani padat dan ketatnya jadwal Liga Inggris. Beberapa hasil pertandingan Liverpool ketika melawan tim-tim medioker, seperti yang saya sebutkan di atas menjadi contohnya. Tak heran, semenjak tahun 1990, mereka tak pernah mengecap lagi manisnya menjadi kampiun di Inggris. Seringkali ketika menghadapi tim-tim kuat, anak asuh Rafael Benitez ini bermain kesetanan, akan tetapi, kembali loyo ketika menghadapi tim-tim medioker. Tak heran, jika semenjak itu pula, gelar-gelar diraih Liverpool hanyalah gelar-gelar kejuaraan yang bersifat turnamen atau setengah kompetisi saja yang tidak memerlukan jadwa yang super ketat. Gelar yang cukup bergengsi yang mereka raih adalah gelar Liga Champions pada awal tahun 2000-an. Selain gelar itu, Liverpool hanya meraih gelar-gelar kelas dua atau tiga saja semacam Piala FA, Piala Liga, Super Eropa, Piala UEFA.
Sebaliknya dengan Manchester United. Tim ini dikenal tim yang solid dan tangguh yang akan berjuang sampai akhir dalam mengarungi kompetisi. Tak heran jika pada suatu ketika, Rafael Benitez menyatakan bahwa ia tak akan bisa tidur nyenyak sampai Liverpool unggul 20 poin atas saingannya itu. Hal ini terbukti dalam dekade 90an dan 2000an, Manchester United merajai kompetisi di Inggris. Mereka sudah teruji dalam mengarungi jadwal kompetisi yang super ketat. Maka janganlah beranggapan jika pertandingan pada Sabtu pekan lalu merupakan lampu merah buat anak-anak asuh Fergie. Mungkin saja mereka kelelahan, apalagi mereka dibebani dengan target meraih Quintuple Winners (Lima Gelar Juara) tahun ini. Sebuah target yang berat, namun tidak mustahil untuk mereka capai. Jadi, meskipun Liga Inggris sudah mendekati titik klimaksnya, tapi kompetisi masih seru dan menarik untuk dilihat, dengan selisih antara peringkat satu dan peringkat dua hanya berjarak 4 poin saja, meskipun Manchester United masih unggul satu pertandingan. Tentunya hal ini berkait dengan Chelsea yang juga mengintip celah untuk juga bersaing memperebutkan gelar juara Liga Inggris musim ini. Apalagi setelah Chelsea ditangani dengan disiplin keras oleh pelatih anyar mereka, Guus Hiddink. Bahkan menurut kabar, Chelsea merupakan tim yang paling dihindari pada babak perempatfinal Liga Champions nanti, karena tangan dingin sang pelatihnya tadi. Untuk itu, terus simak dan nikmati ketegangan dan serunya Liga Inggris sampai akhir!!!!!!!!